Garuda di Lorong Gelap Sepak Bola Indonesia

 

Hai hai rekan buana tau kan kita sebentar lagi akan menghadapi yang namanya SEA GAMES 2015 yaitu Pekan olah raka se-Asia Tenggara. Nah unuh tahun 2015 ini Sea Games akan diadakan di Singapura. Ngomong—ngomong entang sea games 2015. Kita punya informasi nih dari dunia sepak bola Indonesia yang akan bertarung di lapangan hijau dalam Sea Games 2015.

Semenjak raihan trofi SEA Games 1991 di Manila, tiada lagi kisah indah di sepak bola Indonesia. Selama rentang dua dasawarsa, para pemain skuad Garuda tak lagi bisa melihat cahaya, seperti berada dalam lorong gelap tanpa harapan lantaran krisis gelar juara.

Namun, beruntunglah kita, Indonesia adalah negara yang tak habisnya mencintai sepak bola. Meski ribuan hujatan tak lagi mempan disematkan kepada PSSI, perjuangan timnas bakal terus mendapat apresiasi. Maklum, mereka berjuang demi secercah prestasi, bukan demi mempertahankan kursi petinggi.

Sebentar lagi, perjuangan timnas U-23 akan dimulai di SEA Games Singapura 2015. Segala kegembiraan dan harapan bakal tertumpah di sana. Namun, di sana pula bakal muncul curahan air mata dan duka. 11 negara ikut serta, tetapi hanya ada satu piala. Jika sudah begitu, perjuangan memang terasa amat sia-sia.

Namun, apa mau dikata, itulah sepak bola. Di dalam sepak bola tersimpan keringat, harapan, kegembiraan, serta kekecewaan. Toh, sepak bola itu seperti dunia, tempat di mana berbagai hal bisa diraih, tetapi juga tempat kegagalan bisa terjadi. Sejatinya, tak ada yang pasti dalam sepak bola.

Italia saja bisa menjuarai Piala Dunia 2006, ketika federasi sepak bolanya tersangkut skandal Calciopoli. Spanyol yang menjadi favorit juara Piala Dunia 2014, justru gagal total, tak lagi bisa menari indah laiknya kupu-kupu Iberia lewat tiki-taka. Indonesia? Lebih baik tanyakan dulu kepada pengurus PSSI yang kini sedang disanksi FIFA.

Perjalanan Indonesia di cabang sepak bola SEA Games sejak beberapa tahun terakhir memang kerap dipenuhi kekecewaan. Teranyar, lihat saja ketika Ramdani Lestaluhu tertunduk lesu di tengah Stadion Zayyarthiri, Naypyidaw, Myanmar, menyaksikan para pemain Thailand berpesta seusai mengalahkan Indonesia 1-0 di partai final.

Semenjak 1991, raihan terbaik Indonesia hanya mampu meraih medali perak pada SEA Games 1999 di Brunei, 2011 di Jakarta, dan 2013 di Myanmar. Oleh karena itu, di tengah kekisruhan sepak bola nasional, harapan bakal kembali tertanam di pundak Evan Dimas dan kawan-kawan.

Di Grup A SEA Games, Indonesia tergabung bersama Singapura, Myanmar, Filipina, dan Kamboja. Melihat calon lawan, skuad Garuda Muda memang berpeluang lolos. Namun, ada beberapa ganjalan yang harus diperhatikan oleh Aji. Masalah mental pemain, misalnya, yang pasti terganggu lantaran sempat mengalami ketidakpastian bisa mengikuti SEA Games atau tidak karena sanksi FIFA.

Belum lagi, absennya Yohanes Ferinando Pahabol yang bisa menjadi masalah tersendiri. Pahabol batal berangkat ke Singapura karena tidak diizinkan tetua adat di kampungnya menyusul batalnya laga babak 16 besar Piala AFC antara Persipura dan klub Malaysia, Pahang FA.

Dengan demikian, posisi penyerang hanya menyisakan dua pemain, yakni Yandi Sofyan dan Muchlis Hadi Ning Syaifulloh. Hal ini tentunya bakal membuat Aji harus memutar otak untuk mengatasi persoalan produktivitas lini depan yang semenjak beberapa tahun terakhir selalu bermasalah.

Jika mampu lolos ke empat besar, timnas juga bakal kembali akan menghadapi cobaan berat. Maklum, calon kuat lawan mereka adalah Thailand, Vietnam, dan Malaysia, yang notabennya menjadi “raksasa” Asia Tenggara. Ketiga negara itu menempati di Grup B bersama Laos, Timur Lesta, dan Brunei Darussalam.

Semangat
Banyak bukti, sepak bola memang bukan rumus fisika. Kemenangan dalam sepak bola tidak cukup diraih hanya dengan mengandalkan prediksi atau kegigihan semata. Bisa jadi, nasib jugalah yang dapat menentukan hasil dari peluh keringat pemain yang berjuang mati-matian di lapangan.
Selamat Berjuang Garuda Muda Indonesia !!!

Sumber : www.compas.com

Desi Lia Ratnawati

Tinggalkan Balasan