Marliyana Setiyani M.S
1 Desember telah ditetapkan sebagai hari AIDS sedunia untuk menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat akan bahaya dari wabah ini. Saat ini, masih banyak masyarakat di Dunia yang hidup dengan HIV-AIDS membutuhkan pertolongan akibat penyakit ini. Walaupun tidak terjangkit HIV-AIDS, Rekan buana juga harus mengetahui tentang penyakit yang telah memakan banyak korban ini.
Hari AIDS Dunia merupakan kesempatan untuk menunjukkan dukungan dan solidaritas kepada jutaan orang yang hidup dengan HIV-AIDS. Dengan mengenakan pita merah menjadi salah satu cara yang mudah untuk memperingatinya. Sayangnya, masih banyak orang di Dunia tidak mengetahui apa HIV-AIDS itu sendiri.
Infeksi HIV ( Human Immunodeficiency Virus) merupakan infeksi salah satu virus dari dua jenis virus yang secara progresif merupakan sel-sel darah putih atau limfosit menyebabkan AIDS ( Aquired Immunodeficiency Snydrome) dan penyakit lainnya sebagai dari gangguan kekebalah tubuh.
Di hari AIDS seperti ini merupakan kesempatan bagi orang di seluruh dunia untuk bersatu dalam memerangi HIV, menunjukkan dukungan mereka bagi orang-orang yang hidup dengan HIV dan untuk memperingati orang yang telah meninggal. Cara untuk berkampanye pun berbeda-beda dan mempunyai keunikan tersendiri. Salah satunya yaitu denganmenggalang dana, membagikan brosur, membagikan pita merah, mengadakan lomba lari, melakukan cek darah gratis dan lain sebagainya.
Banyak manfaat dalam hari AIDS sedunia, salah satunya mengingatkan masyarakat dan pemerintah bahwa HIV belum hilang dan masih ada kebutuhan penting untuk mengumpulkan uang, meningkatkan kesadaran, melawan prasangka dan meningkatkan pendidikan agar semua orang di dunia hidup sehat tanpa gangguan penyakit HIV/AIDS.
Dikutip dari Metro News, Selasa(1/12/2015), menurut data Kemenkes sejak tahun 2005 sampai September 2015, terdapat kasus HIV sebanyak 184.929 yang didapat dari laporan layanan konseling dan tes HIV. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta (38.464 kasus), diikuti Jawa Timur (24.104kasus), Papua (20.147 kasus), Jawa Barat (17.075 kasus) dan Jawa Tengah (12.267 kasus).
Kasus HIV Juli-September 2015 sejumlah 6.779 kasus. Faktor risiko penularan HIV tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (46,2 persen) penggunaan jarum suntik tidak steril pada Penasun (3,4 persen), dan LSL (Lelaki sesama Lelaki) (24,4 persen). Sementara, kasus AIDS sampai September 2015 sejumlah 68.917 kasus. Berdasarkan kelompok umur, persentase kasus AIDS tahun 2015 didapatkan tertinggi pada usia 20-29 tahun(32,0 persen), 30-39 tahun (29,4 persen), 40-49 tahun (11,8 persen), 50-59 tahun (3,9 persen) kemudian 15-19 tahun (3 persen).
Kasus AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1987. Sampai September 2015, kasus AIDS tersebar di 381 (77 persen) dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Wilayah pertama kali ditemukan adanya kasus AIDS adalah Provinsi Bali. Sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011.(MHD/MHD)