5 Fakta tentang sang legenda Muhammad Ali

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hai rekan buana udah pada denger dong pastinya tentang meninggalnya Muhammad Ali. Legenda itu telah mendahului kita. Ya, Muhammad Ali, petinju legendaris yang dijuluki The Greatest meninggal akibat komplikasi penyakit pernapasan dan parkinson yang dideritanya. “Setelah 12 tahun berjuang mengatasi sindrom parkinson, Muhammad Ali meninggal dunia pada usia 74 tahun,” ungkap salah satu juru bicara keluarga.

Dikutip Republika, Ali sempat dilarikan ke sebuah rumah sakit di daerah Phoenix, Arizona, beberapa hari sebelum kematiannya. Masalah pernapasan adalah penyebabnya.

Sepanjang kariernya, Muhammad Ali menggoreskan banyak kisah, mulai dari kegemilangan karier hingga perjalanan spiritualnya yang mengantarkannya masuk Islam. Berikut adalah 5 di antaranya.

 

1. Sepeda yang Dicuri

images sas

Tidak ada yang dapat menjamin kejayaan Muhammad Ali sebagai seorang petinju bila ia tidak kehilangan sepeda pada masa kecilnya. Saat itu, Ali yang masih bernama Cassius Clay memiliki sepeda berwarna kombinasi merah dan putih. Mereknya adalah Schwinn.

Tidak ada yang dapat menjamin kejayaan Muhammad Ali sebagai seorang petinju bila ia tidak kehilangan sepeda pada masa kecilnya. Saat itu, Ali yang masih bernama Cassius Clay memiliki sepeda berwarna kombinasi merah dan putih. Mereknya adalah Schwinn.

Sayangnya, takdir memang harus memisahkan Cassius dan sepedanya. Pada Oktober 1954, seseorang mencuri sepedanya. Cassius yang saat itu berusia 12 tahun marah dan melaporkan kejadian tersebut pada seorang polisi bernama Joe Martin dan bersumpah untuk memukul sang pelaku. Martin yang juga berprofesi sebagai seorang pelatih tinju menyarankan Ali untuk belajar tinju demi meredam emosinya.

 

  1. Dipenjara Karena Menolak Perang
Muhammad Ali
Muhammad Ali

Saat Perang Vietnam berkecamuk pada 1967, Ali menolak untuk mengikuti wajib militer Amerika Serikat karena alasan agama. Juara kelas berat itu kemudian ditangkap dalam tuduhan rencana penggelapan. Lisensi tinjunya dicabut. Ia pun diminta menanggalkan gelarnya. Ali dihukum maksimum lima tahun penjara dan didenda sebesar 10 ribu dolar AS.

Pada tahun 1970, Mahkamah Agung New York memerintahkan lisensi tinju Ali diberikan kembali. Ia pun kembali ke ring untuk bertanding melawan Jerry Quarry pada bulan Oktober 1970.

Kejadian buruk kemudian kembali menghampiri Ali pada 26 Oktober 1970. Dikutip LembarKertas, Ali mendadak mengalami luka pada ototnya sekitar beberapa hari sebelum hari pertandingannya melawan Quarry. Alih-alih menjadwal ulang pertandingan tersebut, Ali malah menolak dan bersikukuh bahwa ia kuat menghadapinya.

Tekad Ali terbukti. Ia akhirnya berhasil menang atas KO di ronde ketiga. Padahal, Jerry Quarry adalah juara tinju kelas berat saat itu.

 

  1. Membuang Medali

images z zz z

Medali adalah penghargaan. Bagi seorang atlet, keberadaan sekeping medali adalah bentuk dan ukuran penghargaan dari orang lain terhadap pencapaiannya. Karena itu, tak heran bila seorang atlet memberikan tempat yang demikian layak untuk menyimpan koleksi medalinya.

Namun, tidak demikian halnya dengan petinju satu ini. Setelah lulus SMA, Ali yang ketika itu berusia 18 tahun pergi ke Roma untuk bertinju. Di sana, ia memenangi medali emas kelas berat ringan di Olimpiade 1960.

Ali menulis pada tahun 1975 dalam otobiografinya bahwa setelah kembali ke Louisville, ia melemparkan medali emas olimpiade miliknya dari jembatan.

Ali punya alasan atas tindakan emosionalnya. Tindakan itu Ali lakukan untuk memprotes rasialisme yang masih ditemuinya di kampung halamannya. Medalinya? Tenggelam di dasar Sungai Ohio.

 

  1. Sarung Tinju Termahal

index zmz

Selan dari pekerjaan yang digelutinya, seorang atlet yang telah menjadi legenda juga biasa mendapatkan pemasukan dari memorabilia yang ia miliki. Bila atlet sepakbola memiliki memorabilia berupa sepasang sepatu, memorabilia bagi atlet tinju seperti Muhammad Ali tentu adalah sarung tangan yang pernah dikenakannya.

Tahukah kamu, sarung tangan yang dikenakannya untuk mengalahkan Liston membuatnya mendapatkan lebih banyak uang daripada kemenangan itu sendiri, lho. Hampir 50 tahun ke hari setelah Ali meraih gelar kelas berat untuk pertama kalinya, seorang pembeli anonim membeli sarung tangan yang dipakainya untuk mengalahkan Liston.

Dikutip dari Republika bahwa pada saat itu, sarung tangan Ali dihargai sebesar 836 ribu dolar AS. Padahal, Ali hanya memperoleh bayaran sebesar 630 ribu dolar AS untuk kemenangannya melawan Liston.

 

  1. Ali dan Sufisme

Muhammad Ali's Greatest Fight Muhammad Ali's Greatest Fight

Ada tudingan yang menyebutkan bahwa penggantian nama Cassius ke Muhammad Ali dilakukan sebagai upaya mengelak dari kewajiban wajib militer yang berlaku bagi pria warga negara AS kala itu. Namun, secara mengejutkan Ali justru mengatakan pada tahun 2005 bahwa dirinya merupakan seorang sufi.

Saat itu, Ali terpukau dengan sufisme. Menurutnya, aliran ini berprinsip bahwa seseorang yang menyakiti orang lain berarti turut menyakit kemanusiaan secara luas. Pandangan inilah yang kemudian menjadikan Ali sebagai sosok yang universalis.

Ketika terdeteksi menderita gejala penyakit parkinson di usia 42 pada 1984 silam, Ali pun perlahan berubah menjadi sosok yang tidak lagi lantang dalam menyuarakan pendapat. Secara perlahan, Ali berubah menjadi sosok yang lebih obyektif, terutama terkait dengan kian kuatnya keyakinan dirinya terhadap aliran sufisme.

 

Tinggalkan Balasan